Senin, 06 Agustus 2012

Sport News From Yahoo


Belajar dari Valencia dan Timnas Junior



Indonesia tak mampu berbuat banyak saat kalah 0-5 dalam partai persahabatan melawan Valencia pekan lalu. Seperti halnya ketika melawan Uruguay pada Oktober 2010, Indonesia memang berada di kelas berbeda.

Valencia dan Uruguay berada di kelas dunia, Indonesia berada di kelas Asia Tenggara. Mungkin berbeda dua lapis. Tetapi bukan soal hasil yang dapat dipelajari dari latih tanding seperti itu. Demikian pula halnya Valencia dan Uruguay sendiri.

Bermain dalam partai persahabatan atau pra-musim seperti yang dijalani Valencia di Stadion GBK Jakarta kemarin dulu adalah dalam rangka mengembalikan standar sentuhan bola, fisik, dan stamina setelah para pemain menjalani libur musim kompetisi.

Sedangkan bagi Indonesia, partai tersebut juga menjadi ajang riset untuk mengetahui letak kekurangan dan kelebihan tim yang tengah bersiap untuk Piala AFF pada akhir November 2012 mendatang.

Di luar soal beda kelas, Indonesia untuk pertama kalinya tampil dengan para pemain senior yang komplet setelah sekian lama terbelenggu oleh perpecahan kompetisi. Namun secara permainan tetap belum berubah. Kelemahan lama tetap terlihat.

Seperti yang diperlihatkan Uruguay, permainan dasar Valencia pun tak berbeda. Mereka memainkan sepakbola yang benar dan simpel. Perlu diingat, Valencia baru berada dalam tahap pemanasan, bukan tahap sesungguhnya yang baru akan terlihat nanti saat melakoni partai perdana di La Liga melawan Real Madrid pada 20 Agustus 2012.

Valencia bermain lepas. Mereka punya kreativitas untuk melepas dan mengalirkan bola ke arah mana pun. Tak ada aliran monoton meski juga tidak sporadis. Skuad Mauricio Pellegrino lancar melakukan itu karena para pemainnya juga tampil secara kolektif.

Para pemain Valencia selalu bergerak seirama. Ketika menguasai bola, semua pemain menempati posisi yang diperlukan dalam sebuah zona. Tak ada jarak pemain lebih dari 5 meter dalam sebuah zona atau lini. Mereka pun rajin bergerak mencari ruang kosong tanpa mengorbankan jarak dengan kawan. Itu sebabnya bola menjadi mudah dialirkan ke mana pun.

Indonesia, seperti di banyak pertandingan mereka, tampil sebaliknya. Salah satu perbedaan mencolok dengan Valencia adalah saat menyerang. Para pemain Indonesia cenderung bergerak melebar. Ini tidak salah, tetapi menjadi keliru ketika posisi tengah justru kosong. Hal ini baru membaik di babak kedua. 

Ini memang terkait dengan kebiasaan para pemain saat memperkuat klubnya. Transisi para pemain Indonesia dari bertahan ke menyerang juga masih bermasalah sehingga bola menjadi lebih sering tertahan di area sayap.

Namun selain beda kelas, sejumlah pemain Indonesia juga tampil setelah menjalani ibadah puasa. Tetapi dalam kondisi ini, stamina pemain justru terlihat relatif baik. Seperti kata pelatih Nil Maizar, Indonesia mendapat pelajaran berharga dari partai persahabatan ini. Mereka belajar tentang kolektivitas antar lini, pergerakan dan lainnya. Ada bagusnya, timnas senior juga mengambil hikmah dari permainan timnas junior yang tampil dalam kualifikasi Piala AFC pada bulan Juni lalu.

Meski gagal lolos ke putaran final 2013, Indonesia junior punya permainan yang baik. Tim asuhan Aji Santoso-Widodo C. Putro bermain dengan catatan yang relatif positif. Mereka punya zona yang baik, pergerakan yang cair, permainan umpan pendek yang lancar, stamina yang bagus kendati harus bermain setiap dua hari sekali dan mental yang kokoh — termasuk tidak melakukan tekel kasar dan memprotes wasit. 

Tentu saja belum dalam tahap sempurna dan memuaskan 100 persen, tetapi permainan timnas junior dapat dijadikan inspirasi bagi timnas senior.

Indonesia senior hanya perlu memanfaatkan partai pemanasan yang cukup dan terprogram jelas untuk dapat mempraktekkan tahapan belajarnya. Hanya dengan skuad yang relatif komplet dan program persiapan yang tertata rapi, parameter untuk mencapai keberhasilan di Piala AFF 2012 akan dapat digambarkan dan dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar